makanan khas bugis
MAKANAN KHAS BUGIS
Balikpapan yang banyak dihuni oleh masyarakat Bugis ini ternyata membawa keuntungan untuk masalah kuliner, maklum masyarakat Bugis memiliki aneka masakan yang memiliki cita rasa lezat.
Salah satu masakan khas asal Bugis ataupun Sulawesi Selatan adalah nasu palekko, atau masak palekko. Makanan ini memakai daging itik atau bebek sebagai bahan dasar. Masakan jenis ini banyak dijual di warung-warung Bugis,ataupun saat hari raya maupun perayaan Maulid.
Pilihan daging yang cocok untuk membuat nasu palekko adalah daging itik muda. Daging itik muda dipilih karena tidak keras atau alot. Itik yang telah disembelih dibersihkan dari bulunya. Untuk membersihkan bulu itik biasanya dilakukan dengan dua cara. Pertama dengan cara dibakar hingga bulunya bersih. Cara kedua adalah menyiramnya dengan air mendidih hingga bulunya mudah dicabut.
Namun membersihkan bulu itik dengan cara dibakar banyak dipilih karena lebih praktis. “Setelah bulunya dibersihkan, daging itik tetap harus dibakar hingga minyaknya keluar,” kata Jamaludin salah seorang warga Bugis penggemar nasu Palekko maupun Buras.
Setelah bersih, kulit dan daging itik dipisahkan. Daging dan kulit itik lalu dipotong dadu. Kemudian kulit itik yang telah dicincang kasar ditumis. Hal ini dilakukan untuk mengeluarkan minyak dari kulitnya. Minyak dari kulit itulah yang nantinya akan digunakan untuk menumis bumbu masakan ini.
Sebenarnya, masakan nasu palekko tidak membutuhkan bumbu yang banyak. Umumnya, bumbu yang digunakan pada daging ini sama dengan bumbu yang digunakan pada masakan lain, seperti bawang merah, merica, cabai, garam, cuka, dan sedikit penyedap rasa. Terkadang bisa ditambah daun salam dan bawang putih, tergantung selera. Biasanya, cuka yang digunakan adalah cuka yang terbuat dari mangga muda. Cuka dan bawang putih biasanya digunakan untuk menghilangkan bau amis pada daging.
Bumbu yang telah dihaluskan kemudian ditumis menggunakan minyak dari kulit itik. Untuk memasak satu ekor bebek, dibutuhkan 1,5 liter air. Setelah itu, daging itik yang telah dicincang dimasukkan ke dalam wajan. Jika ingin hasilnya lebih empuk, daging itik direbus terpisah selama 15 menit, sebelum dicampur dengan bumbu yang ada di dalam wajan. “Setelah daging empuk, bumbu pun menjadikan masakan lebih lezat,” ujar Jamaludin.
Selanjutnya, masakan diaduk hingga dagingnya empuk dan bumbunya meresap ke dalam daging serta kuahnya menyusut. Ini biasanya ditandai oleh terpisahnya daging dari tulangnya, sehingga lebih mudah dinikmati. Setelah matang, nasu palekko bisa disajikan dalam dua bentuk, yakni nasu palekko berkuah atau nasu palekko kering.
Biasanya, pemesan meminta masakan palekko dengan rasa pedas. Rasa pedas pada masakan ini biasanya ditandai oleh aroma yang menyengat dan tercium dari jarak jauh. Setelah menyantap makanan ini, jangan lupa mencuci tangan dengan sabun agar bau khas bebek bisa hilang dari tangan.(are)
Balikpapan yang banyak dihuni oleh masyarakat Bugis ini ternyata membawa keuntungan untuk masalah kuliner, maklum masyarakat Bugis memiliki aneka masakan yang memiliki cita rasa lezat.
Salah satu masakan khas asal Bugis ataupun Sulawesi Selatan adalah nasu palekko, atau masak palekko. Makanan ini memakai daging itik atau bebek sebagai bahan dasar. Masakan jenis ini banyak dijual di warung-warung Bugis,ataupun saat hari raya maupun perayaan Maulid.
Pilihan daging yang cocok untuk membuat nasu palekko adalah daging itik muda. Daging itik muda dipilih karena tidak keras atau alot. Itik yang telah disembelih dibersihkan dari bulunya. Untuk membersihkan bulu itik biasanya dilakukan dengan dua cara. Pertama dengan cara dibakar hingga bulunya bersih. Cara kedua adalah menyiramnya dengan air mendidih hingga bulunya mudah dicabut.
Namun membersihkan bulu itik dengan cara dibakar banyak dipilih karena lebih praktis. “Setelah bulunya dibersihkan, daging itik tetap harus dibakar hingga minyaknya keluar,” kata Jamaludin salah seorang warga Bugis penggemar nasu Palekko maupun Buras.
Setelah bersih, kulit dan daging itik dipisahkan. Daging dan kulit itik lalu dipotong dadu. Kemudian kulit itik yang telah dicincang kasar ditumis. Hal ini dilakukan untuk mengeluarkan minyak dari kulitnya. Minyak dari kulit itulah yang nantinya akan digunakan untuk menumis bumbu masakan ini.
Sebenarnya, masakan nasu palekko tidak membutuhkan bumbu yang banyak. Umumnya, bumbu yang digunakan pada daging ini sama dengan bumbu yang digunakan pada masakan lain, seperti bawang merah, merica, cabai, garam, cuka, dan sedikit penyedap rasa. Terkadang bisa ditambah daun salam dan bawang putih, tergantung selera. Biasanya, cuka yang digunakan adalah cuka yang terbuat dari mangga muda. Cuka dan bawang putih biasanya digunakan untuk menghilangkan bau amis pada daging.
Bumbu yang telah dihaluskan kemudian ditumis menggunakan minyak dari kulit itik. Untuk memasak satu ekor bebek, dibutuhkan 1,5 liter air. Setelah itu, daging itik yang telah dicincang dimasukkan ke dalam wajan. Jika ingin hasilnya lebih empuk, daging itik direbus terpisah selama 15 menit, sebelum dicampur dengan bumbu yang ada di dalam wajan. “Setelah daging empuk, bumbu pun menjadikan masakan lebih lezat,” ujar Jamaludin.
Selanjutnya, masakan diaduk hingga dagingnya empuk dan bumbunya meresap ke dalam daging serta kuahnya menyusut. Ini biasanya ditandai oleh terpisahnya daging dari tulangnya, sehingga lebih mudah dinikmati. Setelah matang, nasu palekko bisa disajikan dalam dua bentuk, yakni nasu palekko berkuah atau nasu palekko kering.
Biasanya, pemesan meminta masakan palekko dengan rasa pedas. Rasa pedas pada masakan ini biasanya ditandai oleh aroma yang menyengat dan tercium dari jarak jauh. Setelah menyantap makanan ini, jangan lupa mencuci tangan dengan sabun agar bau khas bebek bisa hilang dari tangan.(are)